Meminimalisir Penggunaan Gadget Mahasiswa KKN UNIPMA membuat rintisan Kampung Dolanan dan Seni di Desa Puntukdoro, Magetan 

Senin, 27 Desember 2021. Desa Puntukdoro yang merupakan mitra dalam kegiatan KKN pagar budaya ini merupakan sasaran tepat untuk terlaksananya program tersebut, mengingat desa Puntukdoro merupakan desa yang terletak di lereng gunung yang secara lokasi sangat mendukung untuk tujuan pariwisata.

Sehingga Tim merujuk pada program unggulan  yaitu merintis kampung dolanan dan seni yang dapat mendukung destinasi wisata desa Puntukdoro. Selain itu, program  rintisan kampung dolanan dan seni juga merujuk pada keadaan dimana anak-anak di desa yang selama pandemi covid-19 tidak menginguti pembelajaran di sekolah melainkan dirumah masing-masing secara online. Hal itu semakin membuat anak ketergantungan pada gadget.

Sesaria Prima Yudhaningtyas, M.Pd. sebagai Dosen Pendamping Lapangan mengatakan bahwa pada kenyataannya anak tidak akan menggunakan gadget untuk sekolah saja tetapi pada akhirnya juga untuk sekedar bermain dan menghabiskan waktu. Hal itu membuat interaksi antar- anak sebaya di lingkungan sangat kurang, dan hal itu merupakan keadaan yang kurang baik jika dibiarkan. Anak akan lebih individual, tidak bisa bermasyarakat dan berinteraksi dengan teman-temannya. Selain itu, ditakutkan anak tidak dapat menyaring pengaruh negatif dan positif pada gadget sehingga dikawatirkan malah pengaruh negatif yang mereka serap. Dengan program ini diharapkan mampu merubah situasi tersebut dan membuat anak-anak serta generasi muda dapat menghargai, menjaga, dan melestarikan budaya daerah.

Tim KKN Pagar Budaya mengenalkan dolanan anak/ permainan tradisional seperti engkleng, holahup, egrang, bakiak, bathokan, somprengan, nekeran, dakon, jaranan, betengan dan kasti. Tim membuka arena bermain yang sementara berada di balai desa dan menyiapkan semua alat permainan tradisional setiap hari Jumat dan Sabtu sore. Hal itu dikarenakan untuk membiasakan anak agar mengenal dan gemar bermain. Upaya tersebut membuahkan hasil kerena semakin banyak anak-anak yang datang  dan ikut bermain dari awal hingga akhir program. Selain permainan tradisional, tim KKN Pagar Budaya juga memberikan pelatihan tari kreasi tradisional seperti tari Jalak Lawu, tari Candik Ayu dan tari Tumbu.

Menariknya, Tari Tumbu sengaja diciptakan oleh tim KKN Pagar Budaya untuk dikenalkan pada remaja dan anak-anak desa Puntukdoro. Tari Tumbu dibuat dengan konsep garap visualisasi dari kerajinan tumbu yang menjadi usaha rumahan sebagian warga desa Puntukdoro. Tim KKN Pagar Budaya juga mendampingi ibu-ibu warga desa dalam upaya pengembangan produk bambu tidak hanya menjadi tumbu tetapi juga  menjadi benda kerajinan lain seperti keranjang, tempat tisu dan tempat pensil. Selain itu juga pelatihan pemasaran tumbu di marketplace seperti shopee dan instagram.

 

Selain tari dan kerajinan, tim KKN bekerjasama dengan paguyuban beserta sesepuh  pencak silat Desa Puntukdoro memberi pelatihan seni pencak silat untuk remaja.

Kegiatan KKN Pagar Budaya ditutup dengan launching rintisan kampung dolanan dan seni. Seni yang dimaksud adalah seni tari dan pencak silat. Diharapkan nantinya dapat dikembangkan lagi menjadi seni musik tradisional, lagu dolanan, kerajinan dan seni batik. Seperti ungkapan Kepala Desa, ”saya sangat senang desa Puntukdoro bisa memiliki rintisan kampung dolanan dan seni, semoga kedepan dapat dikembangkan lagi lokasi kampung dolanannya dan seni yang mendukung seperti batik dan kerajinan khas desa Puntukdoro”.

 Acara launching kampung dolanan dan seni dihadiri oleh Kepala Desa, perangkat, ibu-ibu PKK, pemuda pemudi Puntukdoro yang tergabung dalam PIK-R, anak-anak, beberapa warga, tokoh desa dan DPL KKN. Acara launching diisi dengan penampilan beberapa tari termasuk tari Tumbu, penampilan seni pencak silat, dan launching kampung dolanan dan seni. Bersamaan dengan itu tim KKN Pagar Budaya menyerahkan secara langsung alat-alat permainan tradisional dan pencak silat kepada kepala desa .